PENGUJIAN VARIASI
CELAH PLATINA DENGAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTALIT TERHADAP KONSUMSI BAHAN
BAKAR DAN PUTARAN MESIN
Peneliti
:
Muhammad Azhar Rizki (5212413001)
Latar Belakang
Kondisi alam sekarang sudah sangat
memprihatinkan karena pemanasan global yang salah satunya disebabkan oleh hasil pembakaran yang tidak sempurna pada
kendaraan bermotor. Gas bekas yang keluar dari knalpot kendaraan bermotor
mengandung unsur-unsur yang berbahaya bagi kesehatan serta dapat merusak lingkungan.
Salah satu polutan dari gas bekas hasil pembakaran yang bisa mematikan adalah
gas karbonmonoksida (CO). Gas ini terutama terbentuk karena hasil dari proses
pembakaran yang tidak sempurna. Kandungan polutan gas buang dari kendaraan
bermotor paling banyak dipengaruhi oleh kesempurnaan proses pembakaran di dalam
silinder. Selain itu menipisnya bahan bakar minyak sekarang membuat manusia
untuk berusaha mencari sumber bahan bakar alternative lain atau dengan cara
menghemat sebanyak mungkin pemakaian bahan bakar. Terutama untuk bahan bakar
mesin pembakaran dalam. Tingginya konsumsi bahan bakar dan kadar polusi dari
kendaraan bermotor pada dasarnya dapat dikendalikan dan dikurangi. Salah satu
cara yang paling tepat adalah dengan cara memperbaiki proses pembakaran yang
terjadi di dalam mesin dan memilih bahan bakar yang tepat.
Sistem
pengapian (ignition system) adalah
salah satu system kelistrikan pada motor bensin yang berfungsi untuk
menghasilkan percikan bunga api pada busi. Percikan bunga api ini digunakan
untuk membakar campuran bahan bakar dan udara yang ada didalam silinder.
Sistem pengapian
terdiri dari beberapa komponen, antara lain : battrey,
switch, koil,
distributor, kabel tegangan, dan busi. Battrey
berfungsi sebagai sumber arus listrik. Di dalam distributor terdapat
platina atau contact poin yang berfungsi untuk memutus dan
menghubungkan arus pada kumparan primer, kabel tegangan tinggi berfungsi untuk
meneruskan tegangan tinggi dari koil ke distributor dan ke busi. Agar
pembakaran bahan bakar pada mesin sempurna diperlukan bunga api yang besar
untuk itu kita perlu mengetahui berapa jarak celah platina yang tepat.
Berdasarkan
permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka perlu dilakukan penelitian
hubungan celah platina terhadap konsumsi bahan bakar premium dan pertalite.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas dapat rumuskan masalah sebagai berikut.
1.
Bagaimana
pengaruh besar celah platina terhadap konsumsi bahan bakar premium dan
pertalite?
2.
Bagaimana
pengaruh putaran mesin terhadap konsumsi bahan bakar premium dan pertalite?
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah penelitian ini mempunyai
tujuan sebagai berikut.
1.
Mengetahui
pengaruh besar celah platina terhadap konsumsi bahan bakar premium dan
pertalite.
2.
Mengetahui
pengaruh putaran mesin terhadap konsumsi bahan bakar premium dan pertalit
Manfaat
Penelitian
ini mempunyai manfaat terhadap pengguna motor bensin konvensional sebagai
berikut.
1.
Dapat
digunakan sebagai referensi dan pengetahuan dalam penyetelan celah platina
dengan optimal.
2.
Dapat
digunakan sebagai dasar penyetelan putaran mesin awal maupun penggunaan motor
bensin konvensional secara optimal.
Motor Bakar
Menurut
Nugroho, Agung (2012) Motor bakar adalah pesawat konversi energi yang banyak
digunakan untuk melakukan kerja mekanik atau mengubah energi thermal menjadi
energi mekanik, dimana motor bakar biasanya terdiri dari silinder, torak dan
engkol untuk mengubah gerakan torak yang bolak balik menjadi getaran putaran
yang amat praktis.
Motor Bensin
Motor bensin merupakan salah satu
jenis mesin konversi energi sebagai penggerak mula yang menggunakan energi
kimia (bensin) sebagai bahan bakar. Kemudian dari pembakaran diperoleh energi
thermal untuk melakukan kerja mekanis poros engkol.
Tenaga yang dihasilkan diperoleh dari
pembakaran campuran bahan bakar (bensin) dan oksigen (udara) di dalam ruang
bakar, sehingga menghasilkan panas, akibatnya fluida di dalam silinder akan
memuai. Namun karena fluida tersebut dibatasi oleh dinding silinder maka
tekanan dan temperature naik yang akan mendorong torak bergerak translasi
(mundur), di mana torak tersebut dihubungkan ke poros engkol dengan perantara
batang penggerak yang direncanakan sedemikian rupa sehingga dari gerakan
translasi (bolak-balik) dapat diubah menjadi gerakan rotasi (putar). Kemudian
dari gerakan rotasi inilah motor bensin dapat digunakan sebagai penggerak
kendaraan bermotor atau penggerak generator listrik dan lain sebagainya setelah
mengalami beberapa jenis transmisi, sesuai kebutuhannya (Nugroho, Agung 2010)
Sistim
Pengapian
Pengapian
yang tepat waktu diperlukan untuk mencegah kerusakan komponen kendaraan.
Pembakaran harus cukup tepat waktu untuk meyakinkan pebakaran utama dan
kenaikan puncak tekanan didalam silinder terjadi dekat setelah piston melewati
TMA (Titik Mati Atas). Saat pengapian harus disesuaikan sedemikian rupa sesuai
dengan putaran mesin. Saat pengapian yang optimal didefinisaikan dengan
berbagai parameter. Parameter terpenting adalah putaran mesin, rancangan mesin,
kualitas bahan bakar, dan kondisi-kondisi kerja mesin (start awal,
idle/stasioner, posisi pembukaan katup, dll.). Kesimpulannya pemajuan saat
pengapian sangat dipengaruhi oleh putaran mesin dan kevakuman intake manifold
sebagai penafsir kondisi kerja mesin.
Banyak
kendaraan masih menggunakan pengapian konvensional. Ketika kontak pemutus
menutup dan kunci kontak ON, arus primer dari baterai atau alternator mengalir
melalui kumparan primer menghasilkan medan magnet sebagai energi yang
tersimpan. Ketika suatu saat kontak pemutus membuka maka kemagnetan hilang
seketika dan tegangan tinggi terinduksi pada kumpara sekunder. Tegangan ini
dialirkan melalui kabel tegangan tinggi dan sebuah distributor menuju salah
satu busi. Dibawah ini gambaran dasar hubungan kecepatan putar mesin 4 tak
dengan jumlah pembakaran dalam setiap menitnya.
Pada putaran rendah, kontak pemutus menutup
dengan waktu yang cukup untuk menyimpan energi potensial yang penuh, tetapi
pada putaran tinggi lamanya kontak menutup (sudut dwell) semakin pendek
waktunya sehingga pemutusan arus primer terjadi sebelum energi potensial
maksimum tersimpan pada kumparan, hal ini menyebabkan berkurangnya energi
tegangan tinggi dari sekunder koil. Pada pengapian konvensional pemajuan
pengapiannya secara mekanik dengan menggunakan bobot pemaju dan
membran/diafragma, dimana semakin tinggi putaran mesin bobot sentrifugal
memajukan saat pengapian semakin maju, dan ketika intake manifold berkurang
kevakumannya semakin mundur saat pengapiannya.
Distributor
Distributor
adalah bagian penting pada sistem pengapian kendaraan. Banyak kendaraan model
lama menggunakan distributor mekanis, dan pada kendaraan modern, distributor
elektronik yang dikontrol oleh komputer lebih banyak digunakan. Distributor
modern ini agak rumit, namun beberapa model distributor mekanis dapat diganti
(dan seringkali bisa meningkatkan performa mesin).
Premium ( C8H18 )
Premium
adalah suatu jenis minyak bakar dari hasil penyulingan berwarna agak kuning
jernih. Warna yang kuning adalah efek keberadaan material aditif. Pemakaian
premium di dalam masyarakat umum adalah banyak digunakan untuk bahan bakar
motor sarana angkut yang bermesin bensin, seperti: mobil, sepeda motor dan
lain-lain. Bahan bakar ini sering disebut dengan bensin motor atau gasoline. Bensin adalah hasil dari
perolehan pemurnian Nepta yang
komposisinya dapat digunakan sebagai bahan bakr untuk motor bakar (internal combustion engine). Bensin mengandung hydrokarbon hasil dari sulingan minyak
mentah. Bensin mengandung gas yang mudah terbakar, umumnya bahna bakar ini
digunakan untuk mesin dengan pengapian busi.
Pertalite
Pertalite adalah bahan bakar minyak terbaru dari Pertamina dengan RON 90. Pertalite dihasilkan dengan penambahan zat
aditif dalam proses pengolahannya di kilang minyak. Pertalite diluncurkan
tanggal 24 Juli 2015sebagai varian baru bagi
konsumen yang menginginkan BBM dengan kualitas di atas Premium, tetapi dengan harga yang lebih murah daripada Pertamax.
Platina
Platina
merupakan komponen yang menghubungkan dan memutus arus rangkaian primer yang di
kontrol oleh braker cam pada poros distributor. Arus pada kontak platina bisa
mencapaia 5 ampere dan tegangan yang dihasilkan kumparan bisa mencapai 500
volt. Kondisi kontak platina bisa berpengaruh pada sudut dwel angle yaitu sudut
yang dibentuk oleh cam pada distributor saat kontak platina menutup hingga
membuka kembali.
Tachometer
Tachometer adalah sebuah alat pengujian yang dirancang
untuk mengukur kecepatan rotasi dari sebuah objek, seperti alat pengukur dalam
sebuah mobil yang mengukur putaran per menit (RPM) dari
poros engkol mesin. Kata tachometer
berasal dari kata Yunani tachos yang berarti kecepatan dan metron yang berarti
untuk mengukur. Perangkat ini pada masa sebelumnya dibuat dengan dial, jarum
yang menunjukkan pembacaan saat ini dan tanda-tanda yang menunjukkan tingkat
yang aman dan berbahaya. Pada masa kini telah diproduksi tachometer digital
yang memberikan pembacaan numerik tepat dan akurat dibandingkan menggunakan
dial dan jarum.
Timing
Light
Timing Light merupakan alat para montir untuk
melihat saat pengapian/ saat busi memercikkan bunga api dari tegangan tinggi
koil, dengan tujuan untuk menepatkan saat pengapian mesin agar tercapai tenaga
mesin yang optimal.
Timing Light merupakan alat yang memanfaatkan
induktif teganagan tinggi pada kabel busi untuk menyalakan lampu strobo sehingga mampu menunjukkan saat
pengapian mesin lebih jelas, sedangkan Timing
Light yang menggunakan lampu xenon biasanya pencahayaan kurang terang dan
sering menyulitkan untuk menepatkan saat pengapian.
Alat
dan Bahan
1.
Alat
a.
Engine
Stand Toyota tipe 5K
b.
1 set toolbox berisi kunci ring, kunci T, obeng (-) dan (+), dan palu
c.
Feeler
Gauge
d.
Timing
light tipe satu kabel
e.
Tachometer
tipe
digital KRISBOW KW06-303
f.
Multitester
KRISBOW
KW06-276
g.
Hidrometer
h.
Radiator
cap tester
i.
Buret bahan bakar
j.
Stopwatch
2.
Bahan
a.
Premium yang didapat dari Lab Uji
Performa Mesin UNNES
b.
Pertalite yang didapat dari SPBU Ungaran
Semarang
Tempat Pengujian
Pengujian
pengaruh celah platina dengan bahan bakar premium dan pertalite terhadap
konsumsi bahan bakar dan putaran mesin dilaksanakan di Lab Prestasi Mesin
gedung E9 lt 1 Sekaran Gunung Pati pada hari selasa 15 maret 2016.
Diagram
Alira Pengujian
Prosedur
Pengujian
1.
Tune up mesin
Sebelum pengujian dimulai, mesin yang
akan digunakan harus di tune up
terlebih dahulu agar mesin
dalam keadaan normal dan dalam performance
yang maksimal. Adapun beberapa prosedur dalam tune up
yaitu :
a.
Pemeriksaan battery
Pemeriksaan pada
larutan elektolit harus
berada diantara batas bawah dan batas atas. tegangan battery
juga diperiksa menggunakan
multitester.
b.
Pemeriksaan air pendingin mesin
Air pendingin
yang digunakan harus cukup untuk mengisi radiator dan bersih dari kotoran,
selain itu pemeriksaan pada radiator dan tutupnya dilakukan menggunakan alat radiator cap tester.
c.
Melakukan Pemeriksaan oli mesin
Pemeriksaan pada
oli mesin dilaksanakan berdasarkan kualitas dan kuantitasnya. Dengan
menggunakan tongkat pengukur, dapat diketahui kuantitas oli pada mesin tersebut
apakah kurang, cukup, atau lebih. Untuk kualitas dari oli mesin dapat diperiksa
secara visual, apakah oli bersih dari kotoran dan air.
d.
Melakukan Pemeriksaan busi
Pemeriksaan busi
dilakukan menggunakan feeler gauge
dengan mengukur berapa ukuran celah dari busi tersebut. Ukuran standar celah
busi adalah 0,7- 0,8 mm.
e.
Melakukan Pemeriksaan distributor
Pemeriksaan distributor dilakukan
dengan menyetel celah platina menggunakan feeler
gauge. Ukuran standar pada celah platina adalah 0,45 mm. Kemudian mesin
dihidupkan untuk mengetahui timing pengapian mesin menggunakan timing light, sebelumnya mesin
dikondisikan pada putaran ±700 rpm (untuk mengetahui rpm mesin tersebut
digunakan tachometer). Timing pengapian
standar ±7-8o sebelum TMA, untuk menyetel timing pengapian terlebih
dahulu mengendorkan baut penahan distributor dan kemudian merubah posisi
distributor tersebut sampai timing pengapian menunjukkan pada ±7-8o.
Gambar
3.2. Pembacaan rpm mesin menggunakan tachometer
2.
Pengujian variasi kerenggangan platina
terhadap rpm dan konsumsi bahan bakar
Pengujian ini
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut
a.
Pada kondisi mesin mati, tutup
distributor dibuka untuk menyetel celah platina, memutar pulli poros engkol (crank shaft) searah jarum jam hingga
titik pulli mengarah ke 0 derajat atau TOP 1.
b.
Memastikan platina dalam kondisi nok, melakukan
penyetelan celah platina dengan ukuran 0,45 mm dengan mengendorkan baut
pengikat platina, dengan menggunakan obeng (-) celah platina dapat diperbesar
maupun diperkecil melalui alur penyetel platina.
Gambar 3.3. Proses penyetelan celah
platina
c.
Setelah platina selesai disetel,
kemudian mengencangkan baut pengikat platina kembali, kemudian menutup distributor dan
mengunci tutup distributor.
d.
Memasang buret bahan bakar sebagai alat
ukur konsumsi bahan bakar pada mesin tersebut, lalu menghidupkan mesin.
e.
Setelah mesin dinyalakan, melakukan
pengujian berapa waktu yang diperlukan untuk menghabiskan 20 cc bahan bakar
premium pada rpm 1000, 1500 dan 2000.
f.
Melakukan pengujian ulang untuk celah
platina dengan ukuran 0,45; 0,7; 0,5; 0,3; 0,2; dan 0,1. Selain itu pengujian
juga dilakukan pengulangan 2 kali untuk mendapatkan data yang lebih valid.
g.
Melakukan pengujian variasi celah platina
dengan menggunakan bahan bakar pertalite dengan cara yang sama.
h.
Mencatat hasil pengujian dan fenomena atau
reaksi apa saja yang terjadi pada mesin uji
E.
Instrumen
Untuk
membantu mempermudah penyusunan laporan dibutuhkan tempat untuk menampung
data-data hasil. Dibawah ini instrumen yang digunakan (baik
untuk pengujian menggunakan bahan bakar premium maupun pertalite menggunakan
instrumen yang sama)
Tabel
3.1. Lembar Observasi ( Instrumen praktikum )
Celah Platina
|
Konsumsi (Time/20cc)
|
Fenomena
|
|||||
Rpm 1000
|
Rpm 1500
|
Rpm 2000
|
|||||
1
|
2
|
1
|
2
|
1
|
2
|
||
0,45
|
|||||||
0,7
|
|||||||
0,5
|
|||||||
0,3
|
|||||||
0,2
|
|||||||
0,1
|
Hasil
Penelitian
Tabel 4.1. Tabel
Pengaruh Besar Celah Platina Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Premium Dalam Satuan
Menit
Celah
Platina
|
Konsumsi tiap 20cc(menit)
|
||
(mm)
|
1000
rpm
|
1500
rpm
|
2000
rpm
|
0,45
|
1,08
|
0,75
|
0,52
|
0,7
|
0,98
|
0,71
|
0,57
|
0,5
|
1,04
|
0,96
|
0,51
|
0,3
|
0,97
|
0,64
|
0,47
|
0,2
|
0,99
|
0,62
|
0,46
|
0,1
|
0,99
|
0,58
|
0,43
|
4.2.
Tabel Pengaruh Besar Celah Platina Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Pertalite
Dalam Satuan Menit
Celah
platina
|
Konsumsi
tiap 20cc (menit)
|
||
(mm)
|
1000
rpm
|
1500
rpm
|
2000
rpm
|
0,45
|
1,03
|
0,69
|
0,51
|
0,7
|
1,02
|
0,76
|
0,6
|
0,5
|
1,12
|
0,75
|
0,51
|
0,3
|
0,99
|
0,64
|
0,46
|
0,2
|
0,83
|
0,6
|
0,42
|
0,1
|
0,84
|
0,54
|
0,8
|
pada gambar 4.1
dapat disimpulkan bahwa seiring bertambahnya putaran mesin (rpm) maka konsumsi
bahan bakar cenderung lebih boros
Dari grafik diatas dapat disimpulkan
bahwa semakin besar celah platinanya maka konsumsi bahan bakar akan semakin
irit. baik premium
maupaun pertalite, sedangkan jika semakin kecil celah
platinanya maka semakin boros konsumsi
bahan bakarnya baik premium
maupun pertalite. Pada setiap pengujian untuk celah
platina 0,45 konsumsi bahan bakarnya lebih lama habis (irit) dibandingkan dengan
celah platina 0,5 dikarenakan pada kondisi celah platina 0,45 mesin dalam kondisi stabil, getaran yang
dirasakan kecil, hal ini
dikarenakan pembakaran yang terjadi pada saat celah 0.45 berlangsung sempurna,
tegangan induksi yang dihasilkan maksimal Nampak bunga api yang biru dan cukup
besar gunadi (2010). Untuk celah 0.7 konsumsi bahan bakar lebih cepat habis
(boros) dibandingkan celah 0.5. pada RPM 1000 getaran mesin sudah mulai terasa,
semakin bertambah putarab mesinnya, getaran mesinnya semakin bertambah juga.
Pada percobaan untuk celah 0.3 pada RPM rendah getaran mesin sudah terasa,
mesin terasa berat dan mulai tidak stabil. Pada percobaan celah 0.2 mesin
terasa berat, getaran langsung terasa pada putaran rendah, kadang mesin mati
karena tidak stabil. Untuk percobaan
pada celah 0.1 mesin sangat berat, mesin lebih sering mati dan untuk
menghidupkannya memerlukan waktu dan harus dibantu memutas gas. Getaran yang
ditimbulkan sangat terasa dan sering terjadi suara ledakan pada knalpot
mesinnya, hal ini terjadi akibat waktu pengapian yang terjadi kurang sempurna.
Pada celah 0.1 bunga api yang terjadi tidak terlalu besar, hal ini menyebabkan
bahan bakar yang belum terbakar terbuang menuju saluran pembuangan yang
bertemperatur tinggi sehingga terjadi ledakan pada saluran pembuangan.
Pada semua pengujian RPM, kenaian RPM berbanding lurus
dengan konsumsi bahan bakar yang digunakan. Semakin tinggi RPM semakin cepat
habis (boros) bahan bakar yang digunakan baik premium maupun pertalite, hal ini
dikarenakan semakin tinggi RPM, semakin cepat pula campuran bahan bakar dan
udara yang mengalir ke karburator.
Dalam semua percobaan yang dilakukan, konsumsi bahan
bakar pertalite lebih lama habis (irit) dibandingkan bahan bakar premium, hal
ini dikarenakan nilai oktan bahan bakar pertalite lebih tinggi dibandingkan
bahan bakar premium, sebab didalam ruang bakar bahan bakar pertalite lebih lama
terbakar dibandingkan bahan bakar premium.
Kesimpulan
Dari hasil dan
pembahasan yang telah didapat, dapat disimpulan bahwa
Pada percobaansemakin kecil celah platina semakin banyak
konsumsi bahan bakar yang diperlukan (boros) hal ini berlaku pada setiap
perubahan RPM dari 1000, 1500, 2000. Pada celah 0.1 bunga api yang terjadi
tidak terlalu besar, hal ini menyebabkan bahan bakar yang belum terbakar
terbuang menuju saluran pembuangan yang bertemperatur tinggi sehingga terjadi
ledakan pada saluran pembuangan.
Pada praktikum
ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut
1.
Pada putaran mesin yang tinggi, kondisi
mesin tidak stabil. Perlu dilakukan pemeriksaan pada sistem pengapiannya,
apakah setiap komponen-komponen sistem pengapian tersebut masih bekerja dengan
baik.
2.
Sebaiknya
ketika melakukan pengujian hendaknya merekam mesin yang sedang diuji agar
membantu dalam proses pembuatan laporan
3.
Setelah selesai melakukan pengambilan
data, ada baiknya untuk melakukan tune up pada mesin yang digunakan agar
mempermudah pengambilan data untuk kelompok selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Mustaqim, dan Mulyanto, Slamet. 2011. Analisa Hubungan Celah
Platina Dengan Tegangan Induksi Yang Timbul Untuk Pengapian Mobil. Prosiding
Seminar Nasional Sains dan Teknologi ke-2. Fakultas Teknik Universitas Tegal:
Universitas Pancasakti.
2. Gunadi,
2010. Pengaruh Waktu Pengapian (IGNITION TIMING) Terhadap Emisi Gas Buang pada
Mobil dengan Sistem Bahan Bakar Injeksi (EFI). Fakultas Teknik Universitas
Negeri Yogyakarta.
3. admin, 2012. Cara Menyetel Celah Platina Mobil. Diambil dari
4.
Hidayat Rachmat, 2014. Fungsi dan Cara Kerja Platina
(Breaker Point). Diambil dari http://www.kitapunya.net/2014/01/fungsi-cara-kerja-platina-breaker-point.html
Gambar 9. Menyetel Stasioner Putaran
Mesin.
Tabel 1. Hasil Pengujian dengan Bahan
Bakar Premium
Celah Platina
|
Konsumsi (Time/20cc)
|
Fenomena
|
|||||
Rpm 1000
|
Rpm 1500
|
Rpm 2000
|
|||||
1
|
2
|
1
|
2
|
1
|
2
|
||
0,45
|
1,06
|
1,04
|
0,43
|
0,48
|
0,30
|
0,33
|
Pada RPM 1000 getaran mesin normal, suara halus,
semakin ditambah RPMnya getarannya semakin besar
|
0,7
|
1,07
|
1,07
|
0,47
|
0,53
|
0,33
|
0,35
|
Pada RPM 1000 getaran mesin sedikit
terasa, semakin ditambah RPMnya getarannya semakin besar
|
0,5
|
1,02
|
1,03
|
0,41
|
0,42
|
0,30
|
0,32
|
Pada RPM 1000 getaran mesin normal,
semakin ditambah RPMnya getarannya semakin besar
|
0,3
|
0,57
|
0,58
|
0,38
|
0,39
|
0,26
|
0,30
|
Pada RPM 1000 getaran mesin sedikit
terasa, pada RPM 1500 getaran mesin berkurang,pada RPM 2000 getarannya semakin besar
|
0,2
|
0,59
|
0,59
|
0,37
|
0,38
|
0,27
|
0,28
|
Pada RPM 1000 getaran mesin sedikit terasa,
pada RPM 1500 getaran mesin bertambah,pada
RPM 2000 getarannya semakin besar
|
0,1
|
0,59
|
1
|
0,57
|
0,59
|
0,42
|
0,45
|
Pada RPM
1000 getaran yang dihasilkan mesin besar, bahkan mesin berkali-kali mati,
untuk menghidupkannya sampai harus menarik gas. Kadang disertai ledakan pada
knalpot dan keluar asap putih. Semakin tinggi RPMnya getaran yang dihasilkan
mesin sedikit berkurang. Ledakan diknalpotnya juga ikut menghilang.
|
Tabel 2. Hasil Pengujian dengan Bahan
Bakar Pertalite
Celah Platina
|
Konsumsi (Time/20cc)
|
Fenomena
|
|||||
Rpm 1000
|
Rpm 1500
|
Rpm 2000
|
|||||
1
|
2
|
1
|
2
|
1
|
2
|
||
0,45
|
1,04
|
1
|
0,42
|
0,41
|
0,31
|
0,30
|
Pada RPM 1000 getaran mesin normal, suara halus, semakin
ditambah RPMnya getarannya semakin besar
|
0,7
|
0,57
|
1,06
|
0,45
|
0,46
|
0,39
|
0,33
|
Pada RPM 1000 getaran mesin sedikit
terasa, semakin ditambah RPMnya getarannya semakin besar
|
0,5
|
1,05
|
1,10
|
0,46
|
0,45
|
0,30
|
0,32
|
Pada RPM 1000 getaran mesin sedikit
terasa, pada RPM 1500 getaran mesin berkurang,pada RPM 2000 getarannya semakin besar
|
0,3
|
1
|
0,59
|
0,37
|
0,35
|
0,24
|
0,26
|
Pada RPM 1000 getaran mesin sedikit
terasa, pada RPM 1500 getaran mesin berkurang,pada RPM 2000 getarannya semakin besar
|
0,2
|
0,48
|
0,52
|
0,37
|
0,35
|
0,24
|
0,26
|
Pada RPM 1000 getaran mesin sedikit
terasa, pada RPM 1500 getaran mesin bertambah,pada RPM 2000 getarannya semakin besar
|
0,1
|
0,50
|
0,51
|
0,32
|
0,32
|
0,23
|
0,23
|
Pada RPM
1000 getaran yang dihasilkan mesin besar, bahkan mesin berkali-kali mati,
untuk menghidupkannya sampai harus menarik gas. Kadang disertai ledakan pada
knalpot dan keluar asap putih. Semakin tinggi RPMnya getaran yang dihasilkan
mesin sedikit berkurang. Ledakan diknalpotnya juga ikut menghilang.
|
1 komentar:
Click here for komentarKomplit bang
ConversionConversion EmoticonEmoticon