PENGAWET
Bahan
pengawet ditambahkan untuk
memperpanjang umur (shelf life) makanan dengan mencegah atau menghambat
pertumbuhan mikroba. Teknik penambahan bahan pengawet dilakukan dengan cara:
Pencampuran (untuk bahan makanan yang berbentuk cairan atau setengah cair),
Pencelupan (untuk bahan makanan yang berbentuk padat), Penyemprotan (untuk
bahan makanan padat dan konsentrasi bahan pengawet yang diperlukan adalah
tinggi) , pengasapan (untuk bahan makanan yang dikeringkan, bahan yang sering
digunakan adalah belerang dioksida), dan pelapisan pada pembungkus (dengan
penambahan /pelapisan bahan pengawet pada bungkus makanan). Syarat penggunaan
bahan pengawet yaitu : memberikan nilai ekonomis, dimanfaatkan bila cara
pengawetan lain tidak tersedia, meningkatkan umur simpan, kualitas tidak
berubah, mudah dilarutkan/ ditambahkan, cukup aman dalam dosis pemakaian, mudah
ditentukan dengan analisis kimia, aktivitasnya tidak menghambat enzim
pencernaan, dll. Jenis – jenis bahan pengawet adalah asam benzoat, asam
propionat, asam sorbat, dan belerang dioksida dan turunan – turunannya.
Asam
benzoat
Rumus molekul C7H6O2, berat molekul 122,12, pH larutan
2,8, kelarutan dalam air 1,7 g/l sedangkan garamnya sangat mudah larut. LD 50
pada tikus per oral adalah 7,36 g/kg, pada kucing dan anjing 2 g/kg. Pada
manusia dengan berat badan 67 kg sebanyak 50 g tidak menimbulkan efek.
Pemberian dosis besar akan menimbulkan nyeri lambung, mual dan muntah.
Asam
propionat.
Rumus molekul C3H6O2 berat molekul 74,08, bau tengik
dan sangat menyengat asam dan garamnya mudah larut dalam air . Tingkat
toksisitas asam propionat adalah sebagai berikut:
a. Tokisitas
akut , akan merusak kulit , mata dan mukosa, terjadi nekrosis pada kulit
kelinci pada paparan 10 mg /24 jam
b. Toksisitas
sub kronis, konsumsi 5% atau setara dengan 5000 mg/kg berat badan selama
110 hari akan terjadi gangguan pada lambung pada tikus. Paparan pada anjing
dengan kadar 3000, 10000 dan 30000 ppm selama 90 hari akan terjadi peningkatan
insiden hypoplacia epithel(terhambatnya perkembangan sel) dan peningkatan
jumlah nitrit pada urine.
c. Toksisitas kronis, pada studi terhadap
20 ekor tikus jantan dewasa dengan paparan asam propionat yang berkadar 4 %
selama 2 tahun akan terjadi hypoplacia dan tukak pada lambung.
Asam Sorbat
Rumus molekul C6H8O2 berat molekul 112,12, asam sorbat
mudah larut dalam air dalam bentuk garamnya yaitu kalium sorbat dan kalsium
sorbat. LD50 per oral pada tikus sebesar 7,300 mg/kg sedangkan mencit sebesar
3,200 mg/kg
Belerang dioksida.
Gas SO2 bersifat tidak berwarna dengan bau yang sangat
khas. Rumus molekulnya SO2 dan berat molekulnya 64,07. Kelarutannya adalah 36
dalam 12 bagian air. Efek merugikan berupa hambatan terhadap pernafasan yang
akan berakibat fatal apabila terjadi edema(kelebihan akumulasi cairan didalam
jaringan tubuh sehingga menyebabkan pembengkakan) paru, edema glotis(celah pita
suara ) dan spasme (tegangan otot) laring(organ suaran) Pada saat ini banyak
bahan pengawet yang sudah dilarang untuk digunakan dalam makanan seperti
borarks dan formalin. Larangan tersebut dikeluarkan karena bahan tambahan
tersebut sangat berbahaya untuk kesehatan, terutama boraks yang bersifat
antiseptik (anti jamur) dan pembunuh kuman pada kayu awetan dan kosmetik.
(Mukono, 2005).
Ciri-ciri bahan makanan
yang dibubuhi formalin : Tidak hinggapi lalat, kaku ( bila formalin terlalu
banyak ), Jika dimasukkan ke reagen akan muncul gelembung gas. Bahaya–bahaya
formalin: meracuni tubuh, menyebabkan iritasi lambung, alergi, karsinogenik
(penyebab kanker), bersifat mutagen (menyebabkan perubahan fungsi sel). Dalam
kadar tinggi menyebabkan kegagalan peredaran darah yang menyebabkan kematian.
Pada tabel 1. adalah daftar penggunaan bahan pengawet , jenis pengawet , jenis
makanan yang diawetkan dan batas maksimum penggunaan bahan pengawet.
Antioksidan
Antioksidan, ditambahkan pada minyak untuk mencegah tengik yang
merupakan hasil perubahan oksidatif . Sebagian ditambahkan pada buah – buahan
dan sayur- sayuran untuk mencegah pencokelatan enzimatik. Bahan yang sering
ditambahkan sebagai antioksidan yang digunakan adalah :
a) Askorbat, antioksidan untuk kaldu (1g/kg), makanan
bayi (500 mg/kg), ikan beku (400 mg/kg), potongan kentang goreng beku (100
mg/kg). BHA (hidroksional berbuthil), untuk lemak dan minyak makan serta
mentega (200 mg/kg), margarin (100 mg/ kg)
b) BHT
(hidroksiltoluena berbuthil), untuk ikan beku ( 1g/kg) , munyak, lemak,
margarine , mentega dan ikan asin (200 mg /kg). Propil galat , untuk lemak dan
minyak makan (100 mg/kg) Tokoferol, untuk makanan bayi ( 300 mg/kg ) kaldu ( 50
mg/kg)
Bahan
pengawet umumnya digunakan untuk memperpanjang masa simpan bahan makanan yang
mempunyai sifat mudah rusak. Bahan ini dapat menghambat atau memperlambat
proses degradasi bahan pangan terutama yang disebabkan oleh faktor biologi.
Penggunaan pengawet dalam makanan harus tepat, baik jenis maupun dosisnya.
Suatu bahan pengawet mungkin efektif untuk mengawetkan makanan tertentu, tetapi
tidak efektif untuk mengawetkan makanan lainnya karena makanan mempunyai sifat
yang berbeda-beda sehingga mikroba perusak yang akan dihambat pertumbuhannya
juga berbeda.
Beberapa bahan pengawet yang umum digunakan adalah
benzoat, propionat, nitrit, nitrat, sorbat dan sulfit:
1.Asam borat atau Boraks (boric acid)
merupakan
zat pengawet berbahaya yang tidak dizinkan digunakan sebagai campuran bahan
makanan. Boraks adalah senyawa berbentuk kristal putih, tidak berbau, dan
stabil pada suhu dan tekanan normal. Dalam air, boraks berubah menjadi natrium
hidroksida dan asam borat.
Boraks
umumnya digunakan untuk mematri logam, pembuatan gelas dan enamel, sebagai
pengawet kayu, dan pembasmi kecoa. Boraks ini sering disalh gunakan untuk
dicampurkan dalam pembuatan baso, tahu, ikan asin, mie dll.
Boraks
bersifat iritan dan racunbagi sel-sel tubuh, berbahaya bagi susunan saraf
pusat, ginjal dan hati. Jika tertelan dapat menimbulkan kerusakan pada usus,
otak atau ginjal. Kalau digunakan berulang-ulang serta kumulatif akan tertimbun
dalam otak, hati dan jaringan lemak. Asam boraks ini akan menyerang sistem
saraf pusat dan menimbulkan gejala kerusakan seperti rasa mual, muntah, diare,
kejang perut, iritasi kulit dan jaringan lemak, gangguan peredaran darah,
kejang-kejang akibatnya koma, bahkan kematian dapat terjadi karena ada gangguan
sistem sirkulasi darah.
2.Asam salisilat sering
disebut aspirin.
Pada
aspirin ini adalah analgetik dan anti-inflamasi. Penelitian telah menunjukkan
bahwa aspirin dapat mengurangi jumlah asam folat dalam darah, meskipun
kepastian perubahan belum terbukti.
Asam
salisilat (ortho-Hydroxybenzoik acid)
dapat mencegah terjadinya penjamuran pada buah dan telah digunakan dalam pabrik
cuka. Namun, penggunaan asam salisilat sebagai pengawet makanan seperti yang
diatur Pemerintah Amerika pada tahun 1904 disalahgunakan untuk pengawet makanan
pada produsen-produsen makanan yang nakal.
Asam
salisilat dilarang digunakan sebagai bahan pengawet makanan di Indonesia.
Pasalnya, asam salisilat memiliki iritasi kuat ketika terhirup atau tertelan.
Bahkan ketika ditambah air, asam salisilat tetap memberikan gangguan kesehatan
pada tubuh karena dapat menyebabkan nyeri, mual, dan muntah jika tertelan.
Pada
sebuah sebuah survei terhadap sup sayuran, disebutkan bahwa sup sayuran
nonorganik mengandung asam salisilat hampir enam kali lipat ketimbang sup
sayuran organik. Kandungan asam salisilat dalam tanaman secara alami berguna
untuk tanaman bertahan dari serangan penyakit. Namun bila kandungan asam
salisilat melebihi dan berlebihan masuk ke dalam tubuh, maka gangguan kesehatan
dapat terjadi, misalnya terjadi pengerasan dinding pembuluh darah dan kanker
saluran pencernaan.
3. Dietilpirokarbonat (DEP)
termasuk
di dalam bahan kimia karsinogenik mengandung unsur kimia C6H10O5 adalah bahan
kimia sintetis yg tdk ditemukan dlm produk-produk alami dan digunakan sebagai
pencegah peragian pada minuman yang mengandung alkohol maupun minuman yang
tidak beralkohol. DEP sering digunakan untuk susu dan produk susu, bir, jus
jeruk dan minuman buah-buahan lain sehingga minuman ini dapat bertahan lama.
DEP apabila masuk ke dalam tubuh dan terakumulasi dalam jangka panjang, dapat
memicu timbulnya kanker.
4. Dulsin
adalah
pemanis sintetik yang memiliki ras manis kira-kira 250 kali dari sukrosa atau
gula tebu, yang tidak ditemukan pada produk-produk pemanis alami lainnya.
Dulsin telah diusulkan untuk digunakan sebagai pemanis tiruan. Dulsin ditarik
total dari peredaran pada tahun 1954 setelah dilakukan pengetesan dulsin pada
hewan dan menampakkan sifat karsinogenik yang dapat memicu munculnya kanker.
5. Formalin
merupakan
zat pengawet terlarang yang paling banyak disalahgunakan untuk produk pangan.
Zat ini termasuk bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Jika
kandungannya dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua
zat yang terdapat dalam sel sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian
sel yang menyebabkan keracunan pada tubuh. Formalin adalah larutan 37 persen
formaldehida dalam air, yang biasanya mengandung 10 sampai 15 persen metanol
untuk mencegah polimerasi. Formalin dapat dipakai sebagai bahan anti septik,
disenfektan, dan bahan pengawet dalam biologi. Zat ini juga merupakan anggota
paling sederhana dan kelompok aldehid dengan rumus kimia HCHO.
Macam macam pengawet
a. Asam asetat
Asam asetat dikenal di kalangan masyarakat sebagai
asam cuka. Bahan ini menghasilkan rasa masam dan jika jumlahnya terlalu banyak
akan mengganggu selera karena bahan ini sama dengan sebagian isi dari air keringat kita. Asam asetat sering
dipakai sebagai pelengkap ketika makan acar, mi ayam, bakso, atau soto. Asam
asetat mempunyai sifat antimikroba. Makanan yang memakai pengawet asam cuka
antara lain acar, saos tomat, dan saus cabai.
b. Benzoat
Benzoat banyak ditemukan dalam bentuk asam benzoat maupun natrium benzoat
(garamnya). Berbagai jenis soft drink (minuman ringan), sari buah, nata de
coco, kecap, saus, selai, dan agar-agar diawetkan dengan menggunakan bahan
jenis ini.
c. Sulfit
Bahan ini biasa dijumpai dalam bentuk garam kalium atau natrium bisulfit.
Potongan kentang, sari nanas, dan udang beku biasa diawetkan dengan menggunakan
bahan ini.
d. Propil galat
Digunakan dalam produk makanan yang mengandung minyak
atau lemak dan permen karet serta untuk memperlambat ketengikan pada sosis.
Propil galat juga dapat digunakan sebagai antioksidan. e. Propianat Jenis bahan
pengawet propianat yang sering digunakan adalah asam propianat dan garam kalium
atau natrium propianat. Propianat selain menghambat kapang juga dapat
menghambat pertumbuhan bacillus mesentericus yang menyebabkan kerusakan bahan
makanan. Bahan pengawetan produk roti dan keju biasanya menggunakan bahan ini.
f. Garam nitrit
Garam nitrit biasanya dalam bentuk kalium atau natrium nitrit. Bahan ini
terutama sekali digunakan sebagai bahan pengawet keju, ikan, daging, dan juga
daging olahan seperti sosis, atau kornet, serta makanan kering seperti kue
kering. Perkembangan mikroba dapat dihambat dengan adanya nitrit ini. Misalnya,
pertumbuhan clostridia di dalam daging yang dapat membusukkan daging.
g. Sorbat
Sorbat yang terdapat di pasar ada dalam bentuk asam
atau garam sorbat. Sorbat sering digunakan dalam pengawetan margarin, sari
buah, keju, anggur, dan acar. Asam sorbat sangat efektif dalam menekan
pertumbuhan kapang dan tidak memengaruhi cita rasa makanan pada tingkat yang
diperbolehkan.
Semua pengawet yang telah diuraikan di atas merupakan
pengawet yang diijinkan untuk dipakai dan mendapatkan lisensi secara internasional
oleh badan kesehatan dunia (WHO) dengan kadar yang diijinkan.
PENGAWET ALAMI
Pengertian
Definisi Bahan Pengawet
Di negara tropis seperti Indonesia, temperatur dan kelembaban udara pada
umumnya relatif tinggi. Keadaan ini dapat menyebabkan sejumlah makanan menjadi
cepat rusak karena adanya mikroorganisme yang dapat merusak makanan berkembang
dengan pesatnya.
Untuk dapat mencegah atau menghambat terjadinya kerusakan ini, maka perlu
ditambahkan bahan atau zat yang mampu mencegah atau menghambat perubahan pada
bahan makanan yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme. Bahan ini dikenal
dengan sebutan bahan pengawet.
Berdasarkan pada sumber bahannya, pengawet makanan dapat dibedakan menjadi
dua katagori, yaitu bahan pengawet alami dan pengawet buatan.
Pengawet Makanan Alami
Proses pengawetan alami pada umumnya telah banyak
dilakukan masyarakat seperti proses penggaraman, pendinginan, pengeringan,
pengalengan, dan penyinaran. Beberapa proses ini umumnya bersifat alami
sehingga aman dan tidak menimbulkan efek yang buruk bagi kesehatan manusia.
Produk pengawet ini memiliki beberapa keunggulan diantaranya bahan baku yang
mudah diperoleh, proses yang sederhana, waktu proses yang singkat serta tidak
menggunakan bahan kimia dalam pembuatannya.
Pengawet
pada produk makanan atau minuman sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan di
dalam industri makanan. Apalagi perkembangan zaman menuntut produk makanan dan
minuman yang serba praktis, tahan lama dan memiliki tampilan menarik. Solusi
yang dilakukan industri pangan adalah menambahkan bahan pengawet agar kualitas
produk meningkat dan tahan lama. Sebenarnya ada cara aman dan sehat dalam
mengawetkan makanan, yaitu mengawetkan makanan secara alami
Sumber Bahan
Pengawet Alami
Contoh yang alami dapat dilihat pada para nelayan ketika memanfaatkan sisa
ikan yang tidak terjual namun masih segar. Agar tidak cepat membusuk dan tetap
dapat dipasarkan, para nelayan menggunakan garam sebagai bahan pengawet untuk
membuat ikan asin. Meskipun rasanya menjadi berbeda dengan ikan segar, namun
ikan asin masih tetap berprotein tinggi. Berikut Beberapa contoh bahan yang
umum digunakan sebagai pengawet alami.
a. Gula tebu
Gula tebu selain dapat memberi rasa manis, gula dapat berfungsi juga
sebagai pengawet. Buah-buahan yang disimpan dalam larutan gula pekat akan
menjadi tahan lama karena mikroorganisme sulit hidup di dalamnya.
b. Gula merah
Gula merah sama dengan gula tebu, selain sebagai pemanis, gula merah dapat
berfungsi sebagai pengawet.
c. Garam
Garam yang dihasilkan dari penguapan air laut dapat berfungsi sebagai
pengawet alami untuk beragam makanan. Ikan asin dapat bertahan hingga
berbulan-bulan karena pengaruh garam.
d. Kunyit
Kunyit, selain sebagai pewarna, juga berfungsi sebagai pengawet. Dengan
penggunaan kunyit, tahu atau nasi kuning menjadi tidak cepat basi.
e. Kulit kayu manis
Kulit kayu manis merupakan salah satu jenis kulit kayu yang dapat berfungsi
sebagai pengawet karena banyak mengandung asam benzoat. Selain itu, kayu manis
juga berfungsi sebagai pemanis dan pemberi aroma yang khas.
f. Cengkih
Cengkih merupakan pengawet alami yang dihasilkan dari bunga tanaman
cengkih. Selain sebagai pengawet, cengkih juga berfungsi sebagai penambah aroma
makanan.
g. Lidah Buaya
Potensi lidah buaya yang mengandung enzim oksidase
sebagai antioksidan merupakan hal yang dapat dikembangkan. Hal ini menyiratkan
bahwa tanaman lidah buaya berpotensi sebagai bahan pengawet alami terhadap
bahan pangan sehingga dapat meningkatkan daya simpan bahan pangan
tersebut.Pengawetan sendiri bertujuan untuk menghambat terjadinya pembusukan
bahan pangan dan menjamin kualitas awal bahan pangan agar tetap terjaga selama
mungkin. Salah satu peranan bahan pengawet adalah sebagai antioksidan. Sebagai
antioksidan, zat-zat pengawet akan menekan reaksi yang terjadi pada saat pangan
berkontak dengan oksigen, sinar panas dan beberapa logam sehingga dapat
mencegah terjadinya kebusukan dan munculnya noda-noda hitam pada produk
pangan.
h. Air ki
Air ki merupakan salah
satu bahan perngawet alami yang menggunakan bahan dasar jerami. Cara
penggunaannya cukup sederhana. Jerami dibakar hingga menjadi abu, lalu abu
jerami dimasukkan ke dalam wadah yang diberi air dan rendam sekitar 1 sampai 2
jam. Selanjutnya disaring sehingga sisa pembakaran jerami tidak bercampur
dengan air. Air sisa pembakaran jerami inilah yang disebut air ki. Air ki
mengandung antiseptik yang dapat membunuh kuman, dengan pemberian air ki,
makanan dapat bertahan lebih lama, seperti pada mi basah yang mampu bertahan
sampai dua hari. (Ida Soeid, 2006)
i.Chitosan
Chitosan merupakan produk turunan
dari polimer chitin, yakni produk samping (limbah) dari pengolahan industri
perikanan, khususnya udang dan rajungan. Limbah kepala udang mencapai 35-50%
dari total berat udang. Kadar chitin dalam berat udang berkisar antara 60-70%
dan bila diproses menghasilkan sekitar 15-20%. Chitosan mempunyai bentuk mirip
dengan selulosa.
Struktur Chitosan
Proses utama dalam pembuatan chitosan meliputi penghilangan protein dan
kandungan mineral melalui proses kimia yang disebut deproteinasi dan
demineralisasi yang masing-masing dilakukan dengan menggunakan larutan basa dan
asam. Selanjutnya chitosan diperoleh melalui proses deasetilasi dengan cara
memanaskan dalam larutan basa. Chitosan sedikit larut dalam air dan mempunyai
muatan positif yang dapat mengikat muatan negatif dari senyawa lain serta mudah
mengalami degradasi secara biologi dan tidak beracun, selain itu chitosan dapat
berfungsi sebagai pelapis (coating), agar tidak dihinggapi lalat dan menghambat
pertumbuhan bakteri (Linawati, 2006). Tetapi kekurangan dari penggunaan
chitosan ini adalah pembuatannya yang cukup rumit sehingga sulit untuk
dilakukan dalam skala kecil.
·
JENIS – JENIS BAHAN PENGAWET
- Bahan Pengawet Alami
- Bahan Pengawet Sintetis(Buatan)
·
kEUNTUNGAN MENGGUNAKAN BAHAN PENGAWET
- Meningkatakan mutu makanan
- Menjadikan makanan lebih tahan lama dan tahan pada jamur
- Menjadikan rasa pada makanan tetap terjaga
·
KERUGIAN YANG DAPAT DITIMBULKAN
¢
Pengaruh negatif bahan makanan pada kesehatan tubuh manusia, seperti
- .Formalin : Kanker paru-paru, gangguan pada alat pencernaan, penyakit jantung dan merusak sistem saraf.
- .Boraks : Mual, muntah, diare, penyakit kulit, kerusakan ginjal, serta gangguan pada otak dan hati.
- .Natamysin : Mual, muntah, tidak nafsu makan, diare dan perlukaan kulit.
- .Kalium Asetat : Kerusakan fungsi ginjal.
- .Nitrit dan Nitrat : Keracunan, mempengaruhi kemampuan sel darah membawa oksigen ke berbagai organ tubuh, sulit bernapas, sakit kepala, anemia, radang ginjal, dan muntah-muntah.
4 komentar
Click here for komentargood
ReplyGood
ReplyIndah
ReplyBeautyfull
ReplyConversionConversion EmoticonEmoticon