PENGARUH JUMLAH SUDU TERHADAP UNJUK KERJA
TURBIN ANGIN SAVONIUS TYPE L
Bayu Mahendra, Rudy Soenoko, Djoko Sutikno
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Malang
Jalan
MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia E-mail : mahebayu@gmail.com
ABSTRAK
Semakin
menipisnya sumber energi yang tidak dapat terbarukan (non-renewable),
memerlukan suatu jalan alternatif guna mengganti sumber energi tersebut dengan
sumber energi yang terbarukan (renewable). Sumber energi tak terbarukan yang
banyak digunakan saat ini adalah bahan bakar yang berasal dari fosil (minyak
bumi, gas alam, dan batu bara). Salah satu upaya mengatasi masalah tersebut
adalah dengan menggunakan energi angin. Turbin angin adalah salah satu mesin
konversi energi yang merubah energi kinetik angin menjadi energi mekanik pada
porosnya. Turbin angin savonius memiliki kemampuan self-starting yang bagus
sehingga hanya membutuhkan angin dengan kecepatan rendah untuk dapat memutar
rotor dari turbin angin ini. Turbin angin savonius cocok untuk kondisi di
Indonesia. Secara umum turbin angin savonius hanya memanfaatkan gaya dorong
dari angin, sehingga semakin besar gaya dorong, maka efisiensi turbin juga
semakin besar. Metode yang digunakan adalah penelitian eksperimental dengan
memvariasikan jumlah sudu (2,3 dan 4 buah) dengan variabel bebas kecepatan
angin pada wind tunnel dari kecepatan 3 m/s, 5m/s, 7 m/s. Sedangkan variabel
terikatnya adalah torsi, daya poros dan efisiensi. Hasil pengujian dan analisis
perhitungan menunjukkan bahwa turbin angin dengan jumlah sudu 3 mempunyai unjuk kerja yang tinggi
dibandingkan dengan jumlah sudu yang lainnya. Posisi masing masing sudu yang
tidak simetris menjadikan gaya hambat negatif relatif kecil dan jarak antara
sudu yang satu dengan lainnya terhadap poros sudu turbin mempunyai kerenggangan
yang menjadikan aliran dapat mengalir dan menerpa sudu lainnya dan ini akan
meningkatkan gaya momen pada sudu sehingga aliran turbulensi yang terdapat pada
turbin tersebut relatif kecil.
Kata Kunci :
Turbin Angin, Savonius, Jumlah Sudu,
Unjuk Kerja
PENDAHULUAN
Semakin menipisnya sumber energi yang
tidak dapat terbarukan (nonrenewable),
serta penggunaan bahan bakar yang ramah lingkungan, memerlukan suatu jalan alternatif
guna mengganti sumber energi tersebut dengan sumber energi yang terbarukan (renewable). Sumber energi tak terbarukan
yang banyak digunakan saat ini adalah bahan bakar yang berasal dari fosil
(minyak bumi, gas alam, dan batu bara). Salah satu upaya mengatasi masalah
tersebut adalah dengan menggunakan energi angin. Angin termasuk salah satu dari
sumber daya energi yang terbarukan, dan
ramahlingkungan sehingga sangat potensial untuk mengurangi
ketergantungan terhadap penggunaan energi bahan bakar minyak. Contoh nyata
kemajuan pesat di bidang engineering atau
rekayasa ini adalah makin banyaknya penggunaan turbin angin.
Turbin angin
adalah kincir angin yang saat ini banyak digunakan untuk membangkitkan tenaga
listrik. Turbin angin ini pada awalnya dibuat untuk mengakomodasi kebutuhan
para petani dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi, dan
lain-lain. Prinsip dasar kerja dari turbin angin untuk pembangkitan listrik
adalah mengubah energi mekanik dari angin menjadi energi putar pada kincir, lalu
putaran kincir digunakan untuk memutar generator yang akan menghasilkan
listrik.
Salah satu jenis turbin angin adalah
Turbin Angin Sumbu Vertikal (TASV). TASV memiliki poros atau sumbu rotor utama
yang disusun tegak lurus. Kelebihan utama susunan ini adalah turbin tidak harus
diarahkan ke angin untuk menghasilkan energi listrik. Kelebihan ini sangat
berguna di tempat-tempat yang arah anginnya sangat bervariasi. TASV mampu
mendayagunakan angin dari berbagai arah. TASV terdiri dari beberapa jenis
turbin angin, salah satunya adalah turbin angin savonius. Jenis ini memiliki kemampuan self-starting yang bagus, sehingga hanya membutuhkan angin dengan
kecepatan rendah untuk dapat memutar rotor dari turbin angin ini. Selain itu,
torsi yang dihasilkan turbin angin jenis savonius
relatif tinggi (Sargolzei, 2007).
Tinjauan Pustaka
Penelitian Sebelumnya
Soelaiman (dkk) 2007 melakukan beberapa
penelitian tentang bebrapa macam blade, yaitu savonius dengan blade tipe U dan
savonius dengan blade tipe L. dari penelitian mereka menyimpulkan bahwa blade
savonius tipe L menghasilkan unjuk kerja yang paling baik dibandingkan dengan
tipe yang lain.
Hendra A. (2012), dalam penelitiannya
yang berjudul Pengaruh Jumlah Sudu
Terhadap Unjuk Kerja Turbin Angin Savonius. Menggunakan metode penelitian
eksperimental dengan variasi jumlah sudu : 2, 3, dan 4 buah dengan variabel
bebas kecepatan angin pada wind tunnel dari
kecepatan 3 m/s sampai 7 m/s. Didapatkan hasil analisis bahwa turbin angin
dengan jumlah sudu 3 buah memiliki unjuk kerja yang tinggi dibandingkan dengan
jumlah sudu yang lain. Hal ini terjadi karena pada turbin dengan jumlah sudu 3
buah mempunyai jarak antara sudu yang satu dengan lainnya terhadap poros sudu
turbin mempunyai kerenggangan menjadikan aliran dapat mengalir dan menerpa sudu
dibelakang poros dan ini akan meningkatkan gaya momen serta mengurangi gaya hambat negatif pada sudu sehingga aliran
turbulensi yang terdapat pada turbin tersebut relative kecil.
Angin
Angin adalah udara yang bergerak akibat
adanya perbedaan tekanan dengan arah aliran angin dari tempat yang memiliki
tekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah atau dari daerah yang memiliki
suhu randah ke tempat yang bersuhu tinggi. (wikipedia.org/Angin).
Turbin Angin
Turbin angin adalah sebuah sistem yang
berfungsi untuk mengubah energi kinetik angin menjadi energi mekanik pada poros
turbin tersebut (Sargolzaei, 2007:51). Energi angin dikonversi sebagian menjadi
energi putar oleh rotor. Dengan atau tanpa roda gigi, putaran rotor tersebut
biasanya digunakan untuk memutar generator yang akan menghasilkan energi
listrik.
Turbin Angin Savonius
Turbin angin tipe savonius merupakan
turbin dengan konstruksi sederhana pertama kali ditemukan oleh sarjana Finlandia
bernama Sigurd J. Savonius. Turbin yang
termasuk dalam
kategori VAWT ini memiliki rotor
dengan bentuk dasar setengah silinder.
Konsep turbin angin savonius cukup sederhana, prinsip
kerjanya berdasarkan differential drag
windmill.
Turbin Angin Savonius type L
Pada perkembangannya turbin Savonius ini banyak mengalami
perubahan bentuk rotor, seperti desain rotor yang berbentuk huruf L seperti
pada gambar 4.1 berikut.
Gambar 4.1 sudu savonius
type L Sumber : soelaiman, 2006
pada Turbin angin savonius type L aliran udara pada sisi bilah yang lurus lebih besar
dibandingkan pada sisi bilah lengkung seperempat lingkaran (Soelaiman, 2006).
Prinsip Kerja Turbin
Angin Savonius
Turbin angin memiliki prinsip kerja sama seperti turbin
pada umumnya. Dimulai dari pemanfaatan energi kinetik yang dimiliki oleh angin,
yang kemudian dikonversikan oleh sudu menjadi energi mekanik poros atau rotor.
Hal tersebut seperti pada gambar 4.2 berikut.
Gambar 4.2 Prinsip kerja turbin angin savonius type L
Sumber : soelaiman, 2006
Turbin angin savonius adalah
jenis turbin angin tipe drag, dimana turbin ini menghasilkan daya dengan
memanfaatkan gaya drag yang di hasilkan dari tiap-tiap sudunya. Drag merupakan
gaya yang bekerja berlawanan dengan arah angin yang menumbuk sudu (White, 1986:
412).
Energi Kinetik
Energi kinetik adalah usaha
yang dibutuhkan untuk menggerakkan sebuah benda dengan massa tertentu dari
keadaan diam hingga mencapai kecepatan tertentu.
E = ½ m.v2 (Bueche; 1991: 46) (2-1) Keterangan :
E = energi dari udara yang bergerak (joule) m = massa ( kg )
v = kecepatan angin (m/detik)
Unjuk Kerja Turbin Angin Savonius
1. Brake
horse power ( BHP )
Setelah didapatkan harga Pgenerator maka dapat
dihitung BHP :
2. Torsi
(T)
3. Efisiensi (η)
METODOLOGI PENELITIAN
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode
penelitian eksperimental ( experimental
research), yaitu melakukan pengamatan untuk mencari data sebab akibat dalam
suatu proses melalui eksperimen sehingga dapat mengetahui pengaruh jumlah sudu
terhadap unjuk kerja pada turbin angin savonius
type L.
Variabel Penelitian
Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel
bebas
Variabel bebas
adalah variabel yang tidak dipengaruhi oleh variabel yang lain.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah :
•
Jumlah sudu : 2; 3; dan 4 buah
•
Kecepatan angin: 3; 5; dan 7 m/s Hal ini dapat kita lihat pada
gambar 4.3 seperti berikut :
Gambar 4.3sudu turbin savonius
type L
2. Variabel
terikat
Variabel
terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas yang telah
ditentukan dalam penelitian ini. Variabel terikatnya adalah :
•
Daya poros dari turbin angin savonius.
•
Torsi yang dihasilkan oleh turbin angin savonius.
Efisiensi yang dihasilkan turbin angin savonius.
Instalasi Penelitian
Instalasi
penelitian dapat dilihat seperti pada gambar 4.4 dan 4.5 dan gambar turbin
angin yang digunakan
Gambar 4.4. Skema Instalasi Uji
Gambar 4.5 wind tunnel
Keterangan gambar :
1.
Blower
2.
Wind tunnel
3.
Turbin angin Savonius
type L
4.
Generator listrik
5.
Digital
Multitester
6.
Digital
Tachometer
PEMBAHASAN
Gambar 4.7 Grafik Hubungan
Kecepatan angin Terhadap BHP
Dari gambar 4.7
dapat diketahui bahwa kecepatan angin berpengaruh terhadap daya poros yang
dihasilkan. Pada awal sampai akhir grafik hubungan antara kecepatan angin
terhadap daya poros pada jumlah sudu yang sama mengalami kecenderungan yang
meningkat. Semakin meningkatnya kecepatan angin akan menyebabkan semakin besar
momentum angin yang menumbuk turbin setiap detiknya, maka perbedaan tekanan
antara bagian depan sudu dan bagian belakang sudu meningkat, sehingga gaya
dorong yang dihasilkan semakin meningkat pula. Akibat dari peningkatan gaya
dorong ini akan menyebabkan peningkatan dari daya poros turbin itu sendiri.
Hal tersebut dapat dilihat pada turbin
angin dengan jumlah sudu 2 buah, pada kecepatan angin 3 m/s diperoleh daya
poros sebesar 0.021 watt, kecepatan angin 5 m/s diperoleh daya poros sebesar
0.102 watt dan pada kecepatan angin 7 m/s diperoleh daya poros sebesar 0.233
watt. Daya poros maksimal didapat pada jumlah sudu 3, yakni pada kecepatan
angin 3 m/s diperoleh daya poros sebesar 0.029 watt, kecepatan angin 5 m/s
diperoleh daya poros sebesar 0.143 watt dan kecepatan angin 7 m/s diperoleh
daya poros sebesar 0.267 watt. Hal ini terjadi karena pada turbin dengan jumlah
sudu 3 buah mempunyai jarak antara sudu yang satu dengan lainnya terhadap poros
sudu turbin mempunyai kerenggangan yang menjadikan aliran dapat mengalir dan
menerpa sudu dibelakang poros dan ini akan meningkatkan gaya dorong serta
mengurangi gaya hambat negatif pada sudu
sehingga aliran turbulensi yang terdapat pada turbin tersebut relatif kecil.
Pada turbin dengan jumlah sudu 4 buah dapat dilihat bahwa mempunyai nilai daya
poros yang terendah dari yang lainya yaitu pada kecepatan angin 3 m/s daya
poros yang dihasilkan adalah 0,017 watt, kecepatan angin 5 m/s diperoleh daya
poros sebesar 0.081 watt dan kecepatan angin 7 m/s diperoleh daya poros sebesar
0.191 watt. Hal ini dikarenakan gaya
drag pada masingmasing sudu lebih tinggi daripada jumlah sudu yang lain, serta
terdapat turbulensi di area poros turbin sehingga dapat menurunkan performa
turbin itu sendiri. Bertambahnya jumlah sudu yang akan mengakibatkan
bertambahnya pula berat dari turbin sehingga membutuhkan gaya dorong yang besar
untuk memutar sudu turbin.
Hal itu dapat
disebabkan karena semakin tinggi gaya dorong yang dihasilkan, juga akan
meningkatkan putaran dari turbin. Semakin tinggi putaran maka daya motor yang
dihasilkan akan semakin meningkat pula. Hal ini sesuai dengan persamaan berikut
yaitu:
Grafik Hubungan Antara Kecepatan Angin
Terhadap Torsi
Gambar 4.8 Grafik hubungan antara
kecepatan angin terhadap torsi
Pada gambar 4.8 grafik hubungan antara
kecepatan angin terhadap torsi pada jumlah sudu yang sama mengalami
kecenderungan yang meningkat. Semakin meningkatnya kecepatan angin akan
menyebabkan semakin besar momentum angin yang menumbuk sudu turbin. Hal ini yang
menyebabkan semakin tinggi kecepatan angin akan semakin tinggi pula gaya dorong
yang dihasilkan yang akan meningkatkan putaran dari turbin. Semakin tinggi
putaran maka daya poros yang dihasilkan akan semakin meningkat pula. Dengan
demikian torsi yang dihasilkan besar. Hal ini sesuai dengan persamaan berikut
yaitu:
Pada grafik
hubungan antara kecepatan angin terhadap torsi dapat kita lihat bahwa turbin
dengan jumlah susu 3 buah mempunai nilai torsi yang paling tinggi dengan
0.00084 Nm pada kecepatan angin 3 m/s, 0.00282 Nm pada kecepatan angin 5 m/s
dan 0.00398 Nm pada kecepatan angin 7 m/s.
Turbin dengan jumlah sudu 4 buah dengan nilai torsi yang terendah dengan
dengan 0.00071 Nm pada kecepatan angin 3 m/s, 0.00209 Nm pada kecepatan angin 5
m/s dan 0.00320 Nm pada kecepatan angin 7 m/s. hal ini dikarenakan pada turbin
dengan sudu 3 buah mempunyai daya poros yang paling tinggi dibandingkan yang
lainnya sehingga torsi yang dihasilkan juga paling tinggi dibanding dengan yang
lain. Pada turbin dengan jumlah sudu 4 buah dapat dilihat bahwa mempunyai nilai
torsi yang terendah dari yang lainya yaitu pada kecepatan angin 3 m/s daya
poros yang dihasilkan adalah 0.00071 Nm, kecepatan angin 5 m/s diperoleh daya
poros sebesar 0.00209 Nm dan kecepatan angin 7 m/s diperoleh daya poros sebesar
0.00320 Nm.
Hal ini dikarenakan dapat kita lihat bahwa pada turbin angin
dengan jumlah sudu 4 buah memiliki nilai BHP terendah sehingga torsi yang
dihasilkan juga terendah.
Grafik Hubungan
Antara Kecepatan
Angin Terhadap Efisiensi
Gambar 4.9 : Grafik Hubungan Antara Kecepatan Angin Terhadap
efisiensi
Dari gambar 4.9
dapat kita lihat hubungan antara kecepatan angin terhadap efisiensi, dapat
dilihat bahwa semakin meningkatnya kecepatan angin maka kenaikan daya poros
semakin besar. Hal ini dikarenakan efisiensi merupakan perbandingan antara daya
poros dengan daya angin, seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan grafik
(4.1) sehingga nilai efisiensi yang dihasilkan semakin meningkat. Hal ini
sesuai dengan persamaan berikut yaitu:
η = .100 %
Pada gambar 4.3
grafik hubungan antara kecepatan angin terhadap efisiensi dapat kita lihat pada
turbin dengan 2 buah sudu ketika kecepatan angin 3 m/s efisiensi yang dihasilkan sebesar 7.05 % ,
pada kecepatan angin 5 m/s efisiensi yang
dihasilkan sebesar 7.23 % dan pada kecepatan angin 7 m/s efisiensi yang dihasilkan sebesar 6.04 %.
Pada turbin dengan 3 buah sudu ketika kecepatan angin 3 m/s efisiensi yang dihasilkan sebesar 9.59 % ,
pada kecepatan angin 5 m/s efisiensi
yang dihasilkan sebesar 10.20 % dan pada kecepatan angin 7 m/s efisiensi yang dihasilkan sebesar 6.93 %.Pada
turbin dengan 4 buah sudu ketika kecepatan angin 3 m/s
efisiensi yang dihasilkan sebesar
5.57 % , pada kecepatan angin 5 m/s
efisiensi yang dihasilkan sebesar 5.74 % dan pada kecepatan angin 7
m/s efisiensi yang dihasilkan sebesar
4.95 %, efisiensi optimum diperoleh pada saat kecepatan angin 5 m/s pada tiap
masing-masing jumlah sudu dan kemudian mengalami penurunan seiring dengan
bertambahnya kecepatan angin sampai pada kecepatan angin 7 m/s yang mempunyai nilai efisiensi paling
rendah. Hal ini dikarenakan, pada kecepatan 5 m/s - 7 m/s nilai kenaikan daya
poros tidak sebanding dengan daya angin yang peningkatannya semakin besar
seiring peningkatan kecepatan angin dan luas bidang terima dan perbandingan
daya angin yang diserap sudu lebih kecil dengan daya angin yang menerobos
melalui celah pada turbin. sehingga semakin tinggi kecepatan angin maka losses
yang terjadi juga akan semakin besar
sehingga efisiensi yang dihasilkan juga semakin menurun seperti pada gambar
4.10 berikut.
Gambar 4.10 : Posisi turbin angin terhadap wind tunnel
Keterangan gambar :
A
: celah antara turbin dan dinding wind
tunnel
hijau : Angin
yang menerobos celah antara turbin dan dinding wind tunnel
orange :
Angin yang diserap sudu turbin untuk memutar turbin
Pada gambar 4.3 terlihat bahwa pada
jumlah sudu 3 mempunyai nilai efisiensi yang tinggi jika dibandingkan dengan
jumlah sudu lainnya. Pada jumlah sudu 3 efisiensi tertinggi dicapai pada
kecepatan angin 5 m/s dengan efisiensi 10.20 % sedangkan efisiensi terendah
terjadi pada kecepatan angin 7 m/s yaitu 6.93%. Hal ini dikarenakan
perbandingan daya poros dan daya angin pada tiap variasi kecepatan angin
berbeda-beda, sehingga nilai kenaikan daya poros dan daya angin mempunyai
interval yang berbeda-beda pula. Sama halnya dengan turbin angin dengan jumlah
sudu 2 dan 4.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang
telah dilakukan maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1.Hasil
pengujian dan pengolahan data menunjukkan bahwa jumlah sudu berpengaruh pada
unjuk kerja turbin angin savonius type L.
2.Unjuk kerja paling tinggi didapat
pada turbin dengan jumlah sudu 3. Pada kecepatan angin 7 m/s diperoleh BHP
0.267 watt, torsi 0.00398 Nm, dan efisiensi 10.20 %. Pada kecepatan 5 m/s. Hal
ini dikarenakan pada turbin savonius type
L sudu 3 mempunyai jarak antara sudu yang satu dengan lainnya terhadap
poros sudu turbin mempunyai kerenggangan yang menjadikan aliran dapat mengalir
dan menerpa sudu dibelakang poros dan ini akan meningkatkan gaya momen serta
mengurangi gaya hambat negatif pada sudu
sehingga aliran turbulensi yang terdapat pada turbin tersebut relatif kecil.
3.Unjuk kerja paling rendah didapat
pada turbin dengan jumlah sudu 4. Pada kecepatan angin 7 m/s diperoleh BHP
0.191 watt, torsi 0.00320 Nm, dan efisiensi 4.95 %. Hal ini dikarenakan pada
turbin savonius type L sudu 4
mempunyai nilai daya poros terendah dibanding jumlah sudu yang lain hal ini
dikerakan dengan bertambahnya jumlah sudu berat dari turbin juga akan bertambah
sehingga membutuhkan gaya dorong yang lebih besar.
Saran
Dari penelitian yang telah
dilakukan disarankan untuk:
1.
Dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh
kemiringan sudu terhadap unjuk kerja turbin angin Savonius tipe L .
2. Dilakukan
penelitian lebih lanjut tentang penggabungan antara turbin angin savonius type L dan darrieus untuk mengetahui unjuk kerja dari turbin tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Bueche, F. J. 1988.Fisika.
Jakarta:Erlangga.
Dietzel, Fritz.
1990.TurbinPompadanKompresor,
Jakarta: Erlangga
Fox, Robert W. and McDonald Alan T.
1994.Introduction to Fluid Mechanics.New York : JohnWiley and Sons Inc.
Giancoli,
Douglas C. 1995: Physics Fourth Edition.New
Jersey: Prentice Hall International Inc.
Hasan. 2011 : Optimasi
Desain Turbin Angin Savonius. UNS : Surakarta http://en.Hasan.org/w/index.php?title =Skala
beaufort&oldid=565818668, diakses tanggal 27 Juli 2013.
Hau, E. 2006. Wind Turbines Fundamentals, Technologies, Applications, Economics 2nd
Edition. Berlin:
Springer.
Hendra A. 2012, Pengaruh Jumlah Sudu Terhadap Unjuk Kerja
Turbin Angin Savonius. Universitas Brawijaya
Hermawan. 2010 : Unjuk Kerja Model Trubin Angin Poros Vertikal
Tipe Savonius Dengan Variasi Jumlah Sudu Dan Variasi Posisi Sudu; Jurusan
Teknik Mesin Dan Industri Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.
Hunt, V.
Daniel; 1981: Wind Power. New
York:Nostard Reinhold.
Kadir, Abdul; 1996.Energi.Jakarta:
UPI
Karnowo; 2008: Pengaruh
Perubahan Overlap Sudu Terhadap
Torsi Yang Dihasilkan Turbin Angin
Savonius Tipe U, Majalah Ilmiah STTR, Cepu.
PT.PLN. 2001.Teori
Dasar Listrik; PT. PLN, Jawa Barat
Reksoatmodjo, Tedjo Narsoyo. 2004.
Vertical
Axis-Differential Dragmill.
Semarang: UNJANI.
Sargolzaei, J. 2007. Prediction of The Power
Ratio
in Wind Turbine Savonius Rotors Using Artifical
Neural
Networks.Zahedan:Baluchestan University.
Soelaiman; 2006 : Pengaruh bentuk Sudu Terhadap Unjuk Kerja
Turbin Angin Savonius. Majalah Ilmiah STTR, Cepu.
Sunyoto. 2011 : Buku
Ajar Mesin Konversi Energi. Universitas Negeri Semarang. http://www.crayonpedia.org/mw/Turb in_Sunyoto ,
diakses tanggal 27 Juli 2013.
White, Frank
M.;1986 : Fluid Mechanics; McGraw
Hill Book Company, New York.
WWEA; 2011: 10th World Wind Energy Conference & Renewable Energy
exhibition; World Wind Energy
Association WWEA 2011, Bonn.
2 komentar
Click here for komentarLengkap
ReplyLengkap
ReplyConversionConversion EmoticonEmoticon