www.azharrizki.blogspot.co.id

google-site-verification=0aqOScmutC411up3GX8f2ORp_eCW1RmFsBdnoCVLYsg

PEMURNIAN MINYAK JELANTAH DENGAN ADSORBEN AMPAS TAHU









PEMURNIAN MINYAK JELANTAH DENGAN ADSORBEN AMPAS TAHU



Latar Belakang

Minyak goreng yang dipakai secara berulang pada suhu tinggi (160-180°C) disertai adanya kontak dengan udara dan air pada proses penggorengan akan mengakibatkan terjadinya reaksi degradasi yang komplek dalam minyak dan menghasilkan berbagai senyawa hasil reaksi. Reaksi degradasi ini menurunkan kualitas minyak dan akhirnya minyak tidak dapat dipakai lagi dan harus dibuang (Maskan,2003). Banyak cara yang telah dilakukan untuk menghasilkan bahan pangan yang berkualitas dan efisien dari segi ekonomi terus dilakukan, salah satunya adalah memurnikan minyak jelantah dengan suatu adsorben (media penyerap).

Ampas tahu memiliki kandungan air yang cukup tinggi, sekitar 80-85% sehingga ampas tahu dapat menjadi sumber pencemar udara karena mudah busuk dan tidak memiliki daya simpan yang panjang apabila tidak segera ditangani. Hingga saat ini, ampas tahu hanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak ataupun hanya dibuang saja. Ampas tahu masih memiliki kandungan protein yang tinggi, yaitu 26,6 % ( Daftar Komposisi Bahan Makanan,1992). Adanya kandungan protein yang tinggi pada ampas tahu ini dapat menjadikan ampas tahu sebagai adsorben yang ekonomis dan efisien. Protein yang terkandung dalam ampas tahu memilki daya serapan dari asam-asam amino yang membentuk zwitter ion karena asam amino mempunyai gugus COOH yang bersifat asam dan gugus -NH2 yang bersifat basa sehingga molekul ini bersifat amfoter. Protein yang memiliki gugus aktif ini dapat mengikat ion-ion logam ataupun logam berat lainnya, seperti cadmium, timbal, merkuri, krom dan arsen yang bersifat toksik dapat diikat dengan protein sebagai metalotionein (Darmono,1995).

Penelitian tentang pemurnian minyak jelantah menggunakan adsorber yang berasal dari sumber-sumber yang berbeda telah banyak dilakukan Widayat (2007) menurunkan angka asam dari minyak jelantah menggunakan zeolite alam aktif sampai
1.7 mgKOH/gram, melampaui batas maksimal dari standar SNI minyak goreng yaitu
2 mgKOH/gram. Kalapathy dan Proctor (2000) menurunkan asam lemak bebas pada minyak jelantah dengan menggunakan lapisan silikat yang dihasilkan dari abu sekam padi hingga 25%. Penelitian mengenai ampas tahu pernah dilakukan oleh Musrawati (2009) dalam memanfaatkan ampas tahu sebagai biosorben logam ion Cu (II) dan Cr (VI). Nohong (2010) menggunakan limbah ampas tahu sebagai bahan penyerap logam krom, kadmium dan besi pada air lindi TPA. Upaya-upaya terus dilakukan untuk mengoptimalkan hasil yang sesuai dengan mutu standar SNI, sehingga dapat menghasilkan produk yang berkualitas.





Pemurnian minyak jelantah menggunakan limbah ampas tahu masih sangat jarang dilakukan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk memurnikan minyak jelantah menggunakan adsorben limbah ampas tahu. Pemilihan bahan adsorben yang digunakan dengan pertimbangan memperoleh material adsorben yang ditinjau dari biaya operasional dan kemudahan memperoleh bahan baku, maka dilakukan penelitian untuk memurnikan minyak jelantah menggunakan adsorben ampas tahu serta uji kualitasnya sebagai bahan pangan. Dengan penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi tepat guna dalam memurnikan minyak jelantah, sehingga menjadi minyak goreng layak konsumsi kembali dan tidak dibuang percuma serta tidak juga menimbulkan resiko penyakit. Bagi lingkungan hidup, penelitian ini dapat mengatasi  limbah  minyak  jelantah  yang  sering  dibuang disembarantempat  dan mengurangi pencemaran lingkungan akibat yang ditimbulkan dari limbah ampas tahu yang cepat membusuk.



Rumusan Masalah
a Bagaiman kondisi   yang   optimal   untuk   memurnikan   minya jelantah menggunakan adsorben ampas tahu.
b.   Bagaimana  kandungan  angka  asam  pada  minyak  goreng  hasil  pemurnian mengguanakan adsorben ampas tahu ?
c Bagaiman kandunga bilanga peroksida   pada   minya goren hasil pemurnian mengguanakan adsorben ampas tahu ?
d.   Bangaiman  kandungan  kadar  air  pada  minyak  goreng  hasil  pemurnian menggunakan adsorben ampas tahu ?
e Bagaiman kandunga loga pada   minya goren hasil   pemurnian menggunakan adsorben ampas tahu ?


Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah :
a Mengetahui    kondisi    optimum    dalam    memurnikan    minyak    jelantah menggunakan adsorben ampas tahu.
b.   Mengetahui  kandungan  angka  asam  pada minyak  goreng  hasil  pemurnian
menggunakan adsorben ampas tahu.
c Mengetahui   kandunga bilanga peroksida   pada   minya goren hasil pemurnian menggunakan adsorben ampas tahu.
d.   Mengetahui  kandungan  kadar  air  pada  minyak  goreng  hasil  pemurnian
menggunakan adsorben ampas tahu.





e Mengetahui   kandunga loga pada   minya goren hasil   pemurnian menggunakan adsorben ampas tahu.


 Manfaat Penelitian
a Bagi Pemerintah
Dapat dijadikan salah satu solusi yang tepat mengatasi pencemaran lingkungan yang disebabkan dari limbah ampas tahu dan sisa minyak jelantah. Selain itu, memberikan solusi yang tepat guna untuk mensiasati minyak goreng yang semakin hari semakin melambung harganya dengan minyak goreng recycle tanpa mengurangi kualitas dan mutunya.
b.   Bagi masyarakat
Memberikan solusi baru bahwa limbah ampas tahu yang tidak bernilai ekonomis dapat dimanfaatkan sebagai adsorben dalam pemurnian minyak jelantah. Dengan adanya minyak goreng recycle, masyarakat akan lebih terbantu mengingat harga minyak goreng yang terus meningkat. Secara tidak langsung, masyarakat akan lebih sehat menggunakan minyak goreng recycle daripada menggunakan minyak jelantah yang sudah tidak layak pakai.
c Bagi mahasiswa
Degan adanya penelitian ini, mahasiswa telah memberikan komtribusi dalam menjaga lingkungan. Selain itu, mahasiswa mendapatkan data yang akurat mengenai karakterisasi ampas tahu sebagai adsorben dalam minyak jelantah dan sebaliknya, sehingga nantinya dapat dijadikan data referensi dan membantu dalam penulisan-penulisan artikel ilmiah maupun karya tulis.


Luaran Yang Diharapkan
a. Menciptakan minyak goreng reycle yang aman dan layak konsumsi. b. Memberikan data yang akurat tentang hasil penelitian.
c. Membuat publikasi berupa artikel ilmiah.
d. Seminar nasional tentang karakterisasi minyak goreng hasil pemurnian menggunakan adsorben ampas tahu.






  Minyak Jelantah
Minyak goreng dikatakan sudah menjadi minyak jelantah apabila minyak tersebut sudar berbau tengik, berwarna coklat kehitaman dan sangat kotor. Secara sifat kimia, minyak jelantah akan ditunjukkan dengan tingginya kadar angka asam yang dihasilkan dari uap air saat penggorengan, peningkatan angka peroksida, dan kadar air (Kusumastuti,2005)


Tabel 1.1 Standar Mutu Minyak Goreng Indonesia

Kriteria Uji
Satuan


Syarat

Keadaan warna, rasa da bau
-


Normal

Air

% b/b



Maks 0,3

Asam  lemak  bebas  (dihitung sebagai asam larut)
Bahan Makanan Tambahan

% b/b


Sesuai




SNI.




022-M

Maks 0,3


dan      Permenkes




No.

722/Menkes/Per/IX/88



Campuran logam
-           Besi (Fe)


mg/kg


Maks 1,5

-           Tembaga (Cu)
-           Raksa (Hg)
-           Timbal (Pb)
-           Timah (Sn)
-           Seng (Zng)
-           Arsen (As)
mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg
% b/b
Maks 0,1
Maks 0,1
Maks 40,0
Maks 0,005
Maks 40,0/(250)* Maks 0,1


Angka Peroksida

Mg O2 %

Maks 1

Catatan : * Dalam kemasan kaleng
Sumber : Standar Nasional Indonesia 01-3741-2002


Kerusakan minyak umumnya disebabkan oleh proses hidrolisis, polimerisasi, dan oksidasi.


2.1.1 Hidrolisis
Proses hidrolisis merupakan proses pemisahan gugus OR dari gugus asil dalam molekul ester, sehingga terbentuk asam bebas dan alcohol. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut :





C3H5(OOCR)3     +  3 H2O Trigliserida             air


C3H5(OH)3    +  3 RCOOH Gliserol               asam lemak


Persamaan 1. Reaksi Hidrolisi pada minyak
(Sumber : Herlina dkk,2002)


2.1.2 Polimerisasi
Pembentukan senyawa polimer selama proses menggoreng terjadi karena reaksi polimerisasi adisi dari asam lemak tak jenuh. Hal ini terbukti dengan terbentuknya logam menyerupai gummy material yang mengendap didasar penggorengan.


2.1.3 Oksidasi
Proses oksidasi pada lemak pada prinsipnya merupakan proses yang terjadi disekitar ikatan rangkap (tidak jenuh) dalam molekul gliserida penyusun minyak. Tahapan reaksinya meliputi tahap inisiasi, terminasi dan propagasi.


 Ampas Tahu
Ampas tahu memiliki kadar air yang tinggi ( 80- 84%), sehingga menyebabkan umur simpannya pendek dan berakibat pada pencemaran lingkungan karena bau busuknya apabila tidak segera ditangani. Ampas tahu memiliki kandungan protein (26.6%), lemak (18.3%), karbohidrat  (41.3%), fosfor (0.29%), kalsium (0.19%), besi (0.04%) dan air (0.09%) (Daftar  Komposisi  Bahan Makanan, 1992). Limbah tahu berpotensi sebagai media penyerap ( pengadsorbsi ) karena limbah ampas tahu masih mengandung protein yang memiliki daya serapan dari asam-asam amino yang membentuk zwitter ion ( bermuatan dua). Asam amino rnempunyai gugus - COOH yang bersifat asam dan gugus -NH yang bersifat basa sehingga molekul ini bersifat amfoter. Oleh karena itu asam amino membentuk zwitter ion. Zwitter ion sebenarnya terletak di tengah-tengah sistem keseimbangan antara kation dan anion seperti di bawah ini. Protein yang memiliki gugus aktif yang dapat mengikat ion-ion logam ataupun senyawa lainnya. Logam-logam berbahaya seperti kadmium, timbal, merkuri, arsen, krom yang bersifat toksik dapat diikat protein sebagai metalotionein (Darmono,1995).


Adsorbsi
Adsorpsi merupakan proses akumulasi substansi adsorbat pada permukaan adsorben yang disebabkan oleh gaya tarik antar molekul dari permukaan padatan adsorben yang menarik molekul-molekul gas atau cairan. Kecepatan adsorbsi sangat dipengaruhi  oleh  beberapa faktor, antara lain  konsentrasi,  luas  permukaan,  suhu, ukuran partikel, pH dan waktu kontak ( Oscik dalam Wibowo, 2009).









METODOLOGI PENELITIAN



 Alat
a.
Erlenmeyer
g. Gelas ukur
m. Blender
b.
Ayakan
h. Batang pengaduk
n. Spatula
c.
Termometer
i.  Pipet Ukur
o. Gelas arloji
d.
Corong pisah
j. Spektrofotemer UV-VIS
p. Alat titrasi
e.
Beaker glass
k. Spektrofotometer SSA
q. Kertas saring
f.
Kompor listrik
l. Timbangan
r. Magnetic stirrer


 Bahan
a.
Minyak goreng bekas (2-3 kali pakai)
e. Alkohol
b.
Aquades steril
f. KOH
c.
NaOH 16%
g. Indikator pp
d.
Ampas tahu
h. Air
e.
NaCl 10 %



Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa variable yang digunakan, yaitu :
a. Variabel bebas
Variabel bebas yang digunakan yaitu suhu furnace ( 400, 500 dan 600oC ), massa adsorben ( 1 gr, 2 gr dan 3 gr ), waktu kontak ( 30, 50, dan 70 menit ) dan suhu (70°C, 80°C, dan 90°C )
b. Variabel terkendali
Variabel terkendali  yang dijaga dalam penelitian ini  yaitu konsentrasi NaCl, ukuran adsorben, pH, dan intensitas penggorengan.


Eksperimen

 Pembuatan karbon aktif dari ampas tahu
a. Preparasi sampel
       Ampas tahu basah dikeringkan di bawah terik matahari sampai kering. Ampas tahu kering dikeringkan dalam oven pada suhu 105 °C sampai kering. Setelah itu ampas tahu kering dihaluskan sampai halus dan dihitung kadar airnya.

b. Aktivasi Kimia, Karbonasi, Pencucian dan Pengeringan pada Ampas Tahu
            Ampas tahu yang sudah kering yang sudah ditimbang direndam dalam larutan  NaCl  10%  dengan  ratio  1:4  (gr/ml)  selama  5  jam  sambal  diaduk





menggunakan shaker pada suhu 45 °C, kemudian disaring dan dikeringkan dalam oven pada suhu 105 °C sampai kering. Ampas tahu yang sudah diaktivasi dan dikeringkan kemudian dikarbonasi dalam tanur pada variasi suhu selama 1 jam agar menjadi karbon. Kemudian, direndam menggunakan HCl 1 M selama 24 jam dengan ratio 1:2 (ml/ml) kemudian disaring. Karbon aktif yang telah direndam dengan HCl dicuci dengan menggunakan aquades panas sampai bebas ion Cl-. Untuk mengetahui telah bebas ion Cl-, dilakukan uji menggunakan AgNO3 0,1 N pada filtrat dan diukur pH nya sampai pH netral. Kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 105 °C sampai kering.

 Pemurnian  Minyak  Jelantah  Menggunakan  Adsorben  Ampas  Tahu
Teraktivasi
a. Proses Despicing (Penghilangan Bumbu)
Dilakukan dengan memanaskan minyak goreng bekas yang  ditambah dengan air dengan komposisi 1 : 1 pada suhu 110ºC hingga air tinggal setengahnya. Setelah selesai minyak dan air kemudian diendapkan dan dipisahkan dengan corong pisah dan disaring untuk memisahkan kotoran yang tersisa.
b. Proses Pemurnian Minyak
1) Penentuan waktu kontak optimum karbon aktif
Memanaskan 50 ml minyak goreng dalam beaker glass hingga suhu
70°C, kemudian ditambahkan 1 gram karbon aktif 150 mesh dan diaduk selama 30 menit. Selanjutnya campuran disaring dengan kertas saring untuk memisahkan kotoran. Mengulangi langkah kerja dengan variasi waktu kontak 50 dan 70 menit. Kemudian mengamati perubahan warna, menghitung kadar air, angka asam, dan bilangan peroksida.
2) Penentuan massa adsorben optimum karbon aktif
Memanaskan 50 ml minyak goreng dalam beaker glass hingga suhu
70°C, kemudian ditambahkan 1 gram karbon aktif 150 mesh sambil diaduk selama waktu optimum. Selanjutnya campuran disaring dengan kertas saring untuk memisahkan kotoran. Mengulangi langkah kerja dengan variasi massa adsorben 2 dan 3 gram. Kemudian mengamati perubahan warna, menghitung kadar air, angka asam, dan bilangan peroksida.

4) Penentuan suhu optimum pada pemurnian
Memanaskan 50 ml minyak goreng dalam beaker glass hingga suhu
70°C, kemudian ditambahkan karbon dengan ukuran 150 mesh dan massa optimum sambil diaduk selama waktu optimum. Selanjutnya campuran disaring dengan kertas saring untuk memisahkan kotoran. Mengulangi langkah kerja dengan variasi suhu 80°C, dan 90°C. Kemudian mengamati perubahan warna, menghitung kadar air, angka asam, dan bilangan peroksida.


 Uji Karakteristik

 Uji Kadar air
Menimbang 15 gram minyak dalam cawan dengan berat konstan, kemudian dimasukkan.dalam oven pada suhu 100- 105°C. Selanjutnya ditimbang. Pengurangan berat minyak dinyatakan sebagai berat air yang menguap dari minyak.


Uji Angka Asam
Menimbang 20 gr minyak kedalam Erlenmeyer, ditambahkan 50 ml alcohol
95% netral. Dipanaskan hingga mendidih dan dikocok untuk melarutkan asam lemak bebasnya. Setelah dingin, lalu dititrasi dengan 0,1 N KOH standar memakai indikator pp hingga terbentuk warna merah muda. Angka asam dinyatakan sebagai mg KOH yang dipakai untuk menetralkan asam lemak bebas dalam 1 gram minyak (Ketaren,1986)


 Uji Bilangan Peroksida
Menimbang 5 gram minyak goreng ke dalam labu erlenmeyer 250 ml bertutup dan ditambahkan 30 ml campuran pelarut yang terdiri dari 60% asam asetat glasial dan
40% kloroform. Larutan digoyang-goyangkan sampai bahan terlarut semua. Tambahkan 0,5 ml larutan jenuh KI. Selama 1 menit campuran larutan didiamkan sambil tetap digoyang, selanjutnya ditambahkan 30 ml akuades. Berikutnya, ke dalam campuran larutan ditambahkan 0,5 ml amilum 1% dan segera dititrasi dengan Na2S2O3
0,2 N hingga larutan berubah warna dari biru sampai dengan warna biru mulai menghilang.


 Uji SSA (Spektrofotometri Serapan Atom) dan UV-VIS
SSA dilakukan untuk mengetahui kandungan logam pada minyak goreng hasil pemurnian. Sedangkan UV-VIS dilakukan untuk mengetahui kemampuan serbuk ampas tahu sebagai adsorben, pada penelitian ini dilakukan uji kekeruhan minyak goreng menggunakan minyak goreng baru yang nantinya digunakan sebagai penentu panjang gelombang maksimum.











DAFTAR PUSTAKA


Direktora Giz Departeme Kesehatan   RI 1992.Daftar   Komposisi   Bahan
Makanan.Bhratara:Jakarta

FebrinaLisa, dkk.2010. Pemurnian Minyak Jelantah Menggunakan Ampas Tebu
Sebagai Adsorben.Jurnal Teknik Kimia.17:7-14

Hart,Harold dkk. 2003. Kimia Organik. Diterjemahkan dari Organic Chemistry oleh
Sumina S.A. Jakarta: Erlangga

Hartini, Lilik, Eny Yulianti dan Rif’atul Mahmudah.2014.Karakterisasi Karbon Aktif
Teraktivasi NaCl Dari Ampas Tahu.Alchemi.3:145-153

Herlina,Netti dan M.Hendra S.Ginting. 2002. Lemak dan Minyak. Medan:Fakultas
Teknik Jurusan Teknik Kimia,Universitas Sumatra Utara

Ketaren.1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan.Jakarta:Universitas
Indonesia Press

Kristina,   Haryani.2008.Potensi   Zeoli Dari   Daerah   Kemiri   Purworejo   Untuk
Penjernihan Minyak Goreng Bekas.Teknik.3:18-23

Suroso, Asri S. 2013. Kualitas Minyak Goreng Habis Pakai Ditinjau dari Bilangan Peroksida, Bilangan Asam dan Kadar Air. Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Badan Litbangkes Kemenkes RI

Setyo, W.B. 2009. Studi Isoterm Langmuir Pada Adsorbsi Ion Logam Cu(II) Oleh
Zeolit Alam Aktif (skripsi). Semarang:Universitas Negeri Semarang

Widayat. 2007. Studi Pengurangan Bilangan Asam, Bilangan Peroksida dan Absorbansi dalam Proses Pemurnian Minyak Goreng Bekas dengan Zeolit Alam Aktif.Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan.6:7-12
Winarno, F.G.1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama.Jakarta. Yustinah.2009. Pengaruh Massa Adsorben Chitin pada Penurunan Kadar Asam Lemak
Bebas (FFA), Bilangan Peroksida dan Warna Gelap Minyak Goreng Bekas.

Seminar Nasional Teknik Kimia IndonesiaSNTKI 2009,TPM14-1-8
Previous
Next Post »
Thanks for your comment